4 Fakta Pulau Canary yang Tengah Bergelut Menghadapi Turis
Kepulauan Canary tengah bergelut dengan turis yang datang bertubi-tubi. Pulau nan indah dan sarat sejarah itu tidak sanggup lagi
terdiri dari sebuah kepulauan di Samudera Atlantik. Kepulauan ini adalah daerah otonom dari Spanyol dan menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan.
Kepulauan Canary terdiri dari provinsi Las Palmas dan Santa Cruz de Tenerife, serta dewan kepulauan Gran Canaria, Fuerteventura, Lanzarote, Tenerife, La Palma, La Gomera, dan Ferro.
Melansir Britannica, Kamis (7/3/2024), komunitas otonom ini didirikan oleh Undang-Undang Otonomi pada tanggal 10 Agustus 1982. Ibukotanya adalah Santa Cruz de Tenerife. Luas wilayahnya yakni 7.447 km persegi dengan jumlah populasi sekitar 2.153.389 jiwa pada tahun 2019.
1. Terbagi dua bagian
Secara geografis, Kepulauan Canary terdiri dari dua bagian, yakni bagian barat yang memiliki kontur perbukitan gunung yang langsung menjulang dari dasar lautan. Daerah tersebut mencangkup Tenerife, Gran Canaria, La Palma, La Gomera, dan pulau-pulau Ferro.
Semua pulau di bagian barat ketinggiannya mencapai 1.200 meter. Puncak tertingginya ada di Puncak Teide Tenerife yang setinggi 3.718 meter dan sekaligus menjadi titik tertinggi di daratan Spanyol.
Daerah lainnya di sisi timur terdiri dari Lanzarote, Pulau Fuerteventura, serta enam pulau kecil yang terletak di atas dataran tinggi bawah laut, Canary Ridge, yang menjulang sekitar 1.400 meter dari dasar laut.
2. Sejarah yang terbentuk dari letusan gunung
Salah satu yang membuat menarik pulau ini selain keindahan tentunya sejarah terbentuknya. Pulau ini ternyata terbentuk dari letusan gunung berapi jutaan tahun yang lalu.
Penduduk asli pulau ini adalah suku Guanches yang sekarang telah berasimilasi dengan populasi umum. Mereka adalah suku Berber yang ditaklukkan Spanyol pada abad ke-15.
Bangsa Romawi mengetahui tentang Canaria melalui Juba II, yakni Raja Mauritania yang mencatat tentang ekspedisinya ke kepulauan tersebut sekitar 40 SM. Catatan tersebut dilestarikan oleh penulis Plutarch dan Pliny the Elder.
Disebut Canaria awalnya karena banyaknya tongkat anjing yang berukuran besar.
Para bangsa luar mulai melakukan perdagangan dan penaklukan terhadap Kepulauan Canary hingga akhirnya pada 1479, dicetuskan perjanjian Alcáçovas mengakui kedaulatan Spanyol atas Canaries dan pulau-pulau yang tersisa selesai pada 1496.
Penjelajah terkenal Christopher Columbus sempat singgah ke sini. Saat itu ia dan rombongannya mengisi keempat armadanya yang menuju ke barat di Canaria, yang menjadi pangkalan Spanyol yang sangat diperlukan pada rute laut ke Amerika.
Pada tahun 1936, Jenderal Francisco Franco menggunakan kepulauan ini sebagai basis pertama pemberontakan kaum Nasionalis, yang kemudian berlanjut ke Maroko Spanyol.
3. Punya iklim subtropis
Salah satu daya tarik dari Kepulauan Canary adalah iklim subtropis. Berbeda dengan umumnya daratan Eropa yang punya suhu dingin. Di sini, temperaturnya cenderung hangat. Mungkin ini juga yang menyebabkan tempat ini menjadi daya tarik wisatawan Eropa.
Di kota Las Palmas misalnya, suhu rata-rata sore hari di bulan Agustus mencapai sekitar 26 derajat Celcius. Sedangkan di Januari suhu turun ke angka yang masih hangat bagi masyarakat Eropa, yakni 21 derajat Celcius.
Selain itu, kepulauan ini punya curah hujan yang rendah. Umumnya terkonsentrasi pada November dan Desember.
Berkat iklim subtropis dan tanah vulkanik di pulau ini, membuat berbagai macam vegetasi tumbuh. Bahkan, di sini juga tertanam tanaman pisang, jeruk, kopi, kurma, tebu, hingga tembakau. Namun, hasil panen utamanya adalah kentang dan anggur.
4. Turis Tumbuh Berlebihan
Selain memiliki sejarah panjang dan iklim hangat, Kepulauan Canary menjadi salah satu daya tarik pariwisata karena pantainya yang indah.
Sampai-sampai, sebanyak 48 juta wisatawan berkunjung ke sini pada tahun 2023.
Melansir Mirror, Sabtu (9/3/2024), keramaian itu bahkan berdampak buruk bagi kondisi lingkungan Canary dan warga lokal. Kendati industri pariwisata tumbuh pesat, pihak berwenang Spanyol justru khawatir adanya peningkatan kemiskinan dan penurunan standar hidup penduduk setempat.
Ya, jumlah wisatawan yang terlalu banyak bikin harga rumah dan sewa rumah meroket. Itu menyebabkan banyak rumah bertransformasi menjadi Airbnb. Harga sewa bisa jadi cocok buat turis, tetapi warga tersingkir dan sulit memiliki rumah.
Join the discussion